Mensikapi Rezeki dan Nikmat
Al-Qur`an mengajarkan kepada manusia bagaimana mensikapi rezeki dan nikmat.
Hal yang mesti dilakukan pertama kali manusia adalah dengan bersyukur. Syukur
adalah simbol dari terima kasih atas apa yang telah dianugerahkan Allah kepada
kita. Tapi yang lebih penting dari itu, syukur adalah sebuah sikap batin dan
pengakuan bahwa apa pun yang kita miliki sesungguhnya adalah karena karunia
dan kasih sayang Allah, dan bukanlah semata-mata hasil karya dan usaha kita.
Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur dengan firman-Nya dalam Surat
Ibrahim ayat 7 :
Waid ta-addana rabbukum, lain syakartum la-aziidannakum, walain kafartum inna
`adaabiy lasyadiid.
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memberitahukan , Sungguh jika kalian bersyukur,
niscaya Kami akan menambah nikmat kepada kalian, dan jika kalian mengingkari,
sungguh azab-Ku sangat keras.
Betapa banyak nikmat yang Allah telah curahkan kepada kita semua. Bukankah
oksigen yang kita hirup setiap saat adalah pemberian gratis Allah yang sangat
bernilai harganya, dan itu baru kita rasakan kalau kita sakit dan butuh
bantuan oksigen.
Ternyata satu tabung oksigen harus kita beli dengan harga yang tidak murah.
Bukankah kesehatan yang kita rasakan, juga merupakan anugerah besar dari-Nya,
dan itu baru kita insafi kalau kita dalam keadaan sakit. Begitu juga panca
indera kita yang semuanya berfungsi.
Bayangkan kalau kita tidak bisa melihat dan mendengar, betapa terbatasnya apa
yang bisa kita lakukan dan betapa susahnya menjalani hidup.
Belum lagi nikmat dan anugerah yang berupa keluarga dan anak-anak yang baik,
harta yang kita miliki dan nikmat-nikmat yang lain. Bahkan tidur pun merupakan
karunianya yang tiada tara, karena betapa tersiksanya kalau kita tidak bisa
tidur untuk waktu yang lama. Dan yang paling berharga tentunya, nikmat iman
dan Islam, yang Allah telah tanamkan ke dalam hati kita. Begitu banyaknya
rahmat dan nikmat Allah, sehingga kita tidak akan pernah mampu untuk
menghitungnya. Allah berfirman : Wain ta`udduu ni`matallaahi, laa tuhsuuhaa
(Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah kalian dapat menghitungnya)
(Surat Ibrahim 14 : 34).
Melihat dan menyadari begitu banyaknya nikmat yang telah kita terima dari
Allah, maka hal yang mesti dan wajib kita lakukan adalah mensyukurinya.
Diriwayatkan oleh Yahya bin Ya`la dari Abu Khabab, dari Atha` yang berkata,
Aku bersama Ubaid bin Umair mengunjungi Aisyah radiyallahu `anha (semoga Allah
meridhainya) dan kami berkata kepadanya, Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang
paling mengagumkan yang Anda lihat pada diri Rasulullah? Aisyah menangis dan
bertanya, Adakah yang beliau lakukan yang tidak mengagumkan? Suatu malam
beliau datang kepadaku, dan kami tidur hingga tubuh beliau bersentuhan dengan
tubuhku.
Setelah beberapa lama, beliau berkata : Wahai putri Abu Bakar, izinkanlah aku
bangun untuk beribadah kepada Tuhanku.
Aisyah menjawab, Saya senang berdekatan dengan Anda, tapi aku mengizinkannya.
Kemudian Nabi bangun, pergi ke kantong air dan berwudhu, lalu salat.
Beliau mulai menangis hingga air matanya membasahi dadanya, kemudian beliau
ruku` dan terus menangis, lalu sujud dan terus menangis, lalu mengangkat
kepala dan terus menangis.
Terus menerus beliau dalam keadaan demikian sampai Bilal datang dan memanggil
beliau untuk salat subuh.
Bilal bertanya kepada Nabi, Apakah yang menyebabkan Anda menangis wahai Rasul
Allah, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda, baik yang terdahulu
maupun yang akan datang? Beliau menjawab, Tidak bolehkah aku menjadi seorang
hamba yang banyak bersyukur?. Bagaimana aku tidak akan menangis sedangkan
Allah telah menurunkan ayat ini kepadaku: Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang diturunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mau menggunakan akal.” (Q.S. Al Baqarah 2: 164). Melihat betapa
pentingnya perintah bersyukur ini, Rasulullah pernah berkata kepada Mu`adz bin
Jabal (salah seorang sahabatnya), Demi Allah wahai Mu`adz, aku benar-benar
mencintaimu. Maka janganlah engkau lupa mengucapkan setiap habis salat,
Allahumma a`inniy, `ala dzikrika, wasy syukrika, wa husni `ibaadatik
Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur atas nikmat-Mu,
dan beribadah dengan baik kepada-Mu.
Kalau saja kita mau merenung sejenak, maka terlihatlah bahwa begitu banyak
nikmat dan karunia telah Allah berikan kepada kita, sampai-sampai tidak ada
celah lagi bagi kita untuk tidak mengakuinya atau mendustakannya. Keluarga
yang sakinah, anak-anak yang saleh dan salehah, kekayaan, kesehatan, iman dan
islam yang telah Allah curahkan kepada kita. Semuanya merupakan karunia-Nya
yang tiada ternilai harganya.
Allah pun menciptakan bumi dan langit beserta segala isinya semuanya untuk
kita, manusia. Semenjak bangun tidur sampai kita tidur kembali penuh dengan
nikmat dan karunia Allah. Tapi terkadang kita sering melupakan dan
mengingkarinya.
Allah berfirman, Fabi ayyi `aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan (Maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan).
Firman Allah dalam Surat Ar-Rahman ini diulang sampai 31 kali untuk
mempertegas betapa banyak nikmat-Nya yang diberikan kepada kita dan betapa
kita sering mengingkarinya. Di dalam Surah As-Saba` 34 ayat 13 Allah pun
menegaskan bahwa, Dan sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur.
Perintah Allah untuk mensyukuri nikmat pada hakikatnya merupakan bentuk lain
dari nikmat Allah dan kemurahan-Nya kepada hamba.
Sebab sesungguhnya syukur bukan untuk Allah, tetapi manfaatnya kembali kepada
hamba yang bersyukur, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam Surah Luqman 31 ayat 12, Dan barang siapa bersyukur,
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.
-
Ustadz Mukhlisin Azis, M.A.






